CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Selasa, 21 Mei 2013

Teori Medan (Field Theory) Kurt Lewin


BAB I
PENDAHULUAN
       
Kurt Lewin termasuk dalm aliran Neo-Gestalt, merupakan perkembangan lebih lanjut dari psikologi Gastalt. Lewin lebih terkenal dalam bidang kepribadian daripada dalam bidang-bidang lainya. Menurut Lewin, pribadi selalu ada dalam lingkungan psikologi tertentu,keduanya merupakan Gastalt. Pribadi dan lingkungan psikologi itu bersama-sama merupakan ruang hidup (life space).

Konsep dasar Lewin adalah life space atau ruang hidup,yaitu seluruh kejadian yang mempengaruhi individu,yang meliputi masa lampau,masa kini, dan masa yang akan datang,ketiganya mempengaruhi individu dalam berperilaku pada suatu waktu. Misal kesuksesan. Semakin banyak pengalaman,semakin luas ruang hidupnya.

Teori lapangan (field theory) Kurt Lewin sangat di pengaruhi oleh aliran psikologi Gastalt,yaitu suatu aliran yang tumbuh di jerman sejak 1912 yang dipelopori oleh Max Wertheimer. Pandangan psikologi Gastalt yang terpenting adalah bagian atau elemen kejiwaan tidak berdiri sendiri-sendiri,melainkan terorganisir menjadi suatu keseluruhan. Oleh karena itu tidak mengherankan jika teori lapangan dari Kurt Lewin juga sangat mengutamakan keseluruhan dari pada elemen atau bagian dalam studinya tentang jiwa manusia.

Pada tahun 1935 Lewin memisahkan diri dari aliran induknya dan mengembangkan teori sendiri yang dinamakanya teori lapangan. Karena Lewin lebih berminat dengan psikologi kepribadian dan psikologi sosiologi. Salah satu cirri yang terpenting dari teori lapangan adalah bahwa teori ini menggunakan metode “konstruktif”. Metode konstrukif atau di sebut juga metode “genetik” adalah metode yang digunakan Lewin sebagi pengganti metode “klasifikasi” yang pada waktu itu lebih lazim dipakai.


BAB II
ISI

A.    Konsep-Konsep  dan konstruks dalam Teori Lapangan
Metode konstruktif memerlukan konstruk-konstruk yaitu pengertian yang mencakup serangkaian konsep dengan kata lain konstruk adalah elemen dari teori lapangan (medan) sedangkan konsep adalah elemen dari konstruk. Konstruk yang terpenting dari teori lapangan tentunya adalah lapangan itu sendiri, yang dalam psikologinya diartikan sebagai lapangan kehidupan (life space)  Teori medan bukan suatu sistem psikologi baru yang terbatas pada suatu isi yang khas: teori medan merupakan sekumpulan konsep dengan dimana seseorang dapat menggambarkan kenyataan psikologis.
Ciri ciri utama dari teori Lewin, yaitu :
1. Tingkah laku adalah suatu fungsi dari medan yang ada pada waktu tingkah laku itu terjadi
2. Analisis mulai dengan situasi sebagai keseluruhan dari mana bagian bagian komponennya dipisahkan
3. Orang yang kongkret dalam situasi yang kongkret dapat digambarkan secara matematis.

a.       Lapangan kehidupan

Lapangan kehidupan dari seorang individu terdiri dari orang itu sendiri dan lingkungan kejiwaan (psikologis) yang ada padanya. Demiikian pula lapangan kehidupan suatu kelompok adalah kelompok itu sendiri ditambah dengan lingkungan tempat kelompok itu berada pada suatu saat tertentu. Konstruk yang paling dasar tentang lapangan kehidupan ini lewin hanya menghitungkan hal-hal yang ada pada individu dan kelompok yang bersangkutan. Lapangan kehidupan terbagi-bagi dalam wilayah-wilayah (region) atau disebut juga lingkungan kehidupan (live-sphere). Lingkungan kehidupan ini ada yang bersifat nyata seperti ibu,teman,pekerjaan dan ada pula yang bersifat maya seperti harapan,cita-cita jadi lapangan kehidupan mempunyai dimensi nyata dan maya. Dimensi kedua dari lapangan kehidupan adalah kecairan dari lingkungfan-lingkungan kehidupan tersebut diatas. Pencairan berarti dapat terjadi gerak,perpindahan dari satu wilayah ke wilayah yang lain yang tergantung pada keras dan lunaknya dinding pembatas dari masing-masing wilayah dalam lapangan kehidupan itu. Sampai disini perlu dijelaskan banyaknya terjadi kesalahpahaman bahwa seolah-olah teori lapangan tidak mengakui adanya proses belajar. Anggapan ini tidak benar. Proses belajar menurut teori lapangan tetap ada yaitu berupa pengaruh tidak langsung masalalu terhadap suatu wilayah tertentu dalam lapangan kehidupan seseorang. Contohnya jika seseorang sudah tiga hari tidak minum maka akan ada wilayah tertentu dalam lapangan kehidupan orang itu yang terpengaruh yang menyebabkan orang itu minum. Kalau lain kali orang itu habis bekerja keras sampai berkeringat, maka wilayah yang sama akan terpengaruh lagi dan orang itu akan minum lagi. Dalam cara pendekatan yang ahistoris dari Lewin, tidak dipermasalahkan apakah ia haus karena tiga hari tidak minum atau karena sejam bekerja keras, yang penting adalah pengaruhnya dalam lingkungan kehidupan tertentu dari lapangan kehidupan seseorang dan pengaruh itu menyebabkan orang yang bersangkutan bertindak sesuatu yaitu minum. Dimensi lain dari lapangan kehidupan adalah waktu “psikologik”. Walaupun cara pendekatan yang digunakan Kurut Lewin adalah ahistoris, perkembangan lapangan kehidupan itu sendiri menyebabkan masala lalu masa kini masa depan psikologik. Dalam kombinasinya dengan dimensi nyata-maya, dimensi waktu ini memberikan sifat dinamis dalam lapangan kehidupan. Contoh dari wilayah yang maya dan bermasa depan psikologis adalah harapan dan cita-cita. Sedangkan contoh wilayah yang nyata dan masalah kehidupan psikologis adalah kemungkinan-kemungkinan tentang apa yang terjadi. Secara teoritis, tingkat kecairan pada taraf maya lebih tinggi daripada kecairan pada taraf nyata. Akhirnya perlu dicatat beberapa hal yang dapat menyebabkan perubahan lapangan kehidupan yaitu:
1.      Meningkatkan diferensiasi dalam suatu wilayah
2.      Dua atau beberapa wilayah menggambungkan menjadi satu
3.      Diferensiasi berkurang
4.      Suatu wilayah pecah, membebaskan diri dan membentuk wilayah sendiri
5.      Restrukturisasi yaitu ada perubahan pola pada wilayah-wilayah dalam lapangan kehidupan, tetpai tidak terjadi diferensiasi


b.      Tingkah Laku dan Lokomosi

            Tingkah laku menurut Lewin adalah lokomosi yang berarti perubahan atau gerakan pada lapangan kehidupan. Contohnya seorang pegawai pergi dari kantornya (wilayah kerja) ke   rumah sakit (wilayah kesehatan) untuk meriksa diri kedokter maka pegawai itu melakukan suatu lokomosi. Tetapi, kalau perpindahan itu terjadi pada waktu tiap pingsan dikantor dan digotong ke rumah sakit maka itu bukanlah lokomosi atau tingkah laku. Lokomosi dapat terjadi karena ada “komunikasi” antara dua wilayah dalam lapangan kehidupan seseorang. Komunikasi antara dua wilayah itu menimbulkan ketegangan pada satu wilayah dan ketengan menimbulkan kebutuhan dan kebutuhan inilah menyebabkan tingkah laku. Namun, sebelum kebutuhan menimbulkan lokomosi, masih ada satu faktor lagi yaitu batas-batas wilayah bersangkutan. Kalau batas-batas itu kaku dan kenyal, maka batas itu akan sukar ditembus oleh daya yang ada dalam lapangan kehidupan seorang sehingga sulit terjadi lokomosi sebaliknya, kalau batas wilayah-wilayah itu lunak, maka akan terjadi pertukaran daya antar wilayah sehingga wilayah-wilayah yang berkomunikasi berada pada tingkat ketengangan yang seimbang kembali.

c.       Daya

Daya ini didevinisikan sebagai suatu hal yang menyebabkan perubahan. Perubahan dapat terjadi jika pada suatu wilayah ada valensi tertentu. Valensi dapat bersifat negative/positif tergantung pada daya tarik atau daya tolak yang ada pada wilayah tersebut. Kalau suatu wilayah mempunyai valensi positif,maka iya akan menatik daya-daya dari wilayah lain untuk bergerak menuju kearahnya dan sebaliknya,jika valensi yang ada pada suatu wilayah negative,maka daya-daya yang ada akan menghindar atau menjauh wilayah tersebut. Valensi dipengarihu oleh factor-faktor yang menghambat. Salah satu factor yang menghambat kekuatan valensi adalah jarak “psikologik”. Jarak psikologik tidak identik dengan jarak fisik walaupun keduanya sering saling berkolerasi. Tetapi yang jelas buat Lewin yang penting adalah jarak psikologik bukan jarak fisik.
Berbicara tentang gaya KURT Lewin dalam beberapa jenis seperti dijelaskan dalam beberapa jenis seperti dijelaskan berikut ini :
1.      Daya mendorong
2.      Daya menghambat
3.      Daya berasal dari kebutuhan sendiri
4.      Daya yang berasal dari orang lain
5.      Daya impersonal (tidak berasal dari kehendak sendiri maupun orang lain,yaitu daya yang berasal dari situasi)

d.      Ketegangan
Salah satu factor penting yang dapat menurunkan ketegangan adalah ketembusan,yaitu sampai berapa jauh batas-batas suatu wilayah dapat ditembus oleh daya dari wilayah-wilayah lain sekitarnya. Jika batas suatu wilayah demikian kerasnya sehingga tidak tertembus,maka peredaan ketegangan tergantung pada subtitusi,yaitu adanya wilayah lain yang kira-kira senilai dengan wilayah yang pertama yang dapat ditembus oleh daya.
Subtitusi lebih dimungkinkan antara dua wilayah bersangkutan terdapat banyak persamaan. Selain itu subtitusi lebih mudah terjadi pada orang-orang dengan lapangan kehidupan yang cukup berdiferensiasi berkembang atau bercabang-cabang asalkan batas-batas wilayah dalam lapangan kehidupan yang bersangkutan masih cukup tertembus oleh daya-daya yang akan masuk. Orang dewasa biasanya mempunyai jiwa yang cukup berdiferensiasi dan ketembusan batas-batas wilayah cukup besar. Sebaliknya, anak-anak atau orang primitif jiwanya belum berdiferensiasi,sedangkan batas-batas wilayah dalam lapangan kehidupannya kaku dan kenyal (ketembusan rendah). Karena itu,subtitusi pada anak-anak dan orang primitif lebih sulit dari pada orang dewasa.
Ketembusan lain yang juga berpengaruh pada peredaan ketegangan adalah kejenuhan. Kalau kebutuhan-kebutuhan yang mendasar itu sudah dipuaskan sampai jenuh maka ketegangan itu akan berkurang dengan sendirinya.

B.     Penerapan teori medan
Penerapan teori-teori pada gejala kejiwaan yang konkret. Dua contoh gejala kejiwaan akan dikemukakan dibawah ini yaitu konflik dan tingkah laku agresif.

a.       Konflik
Konflik adalah suatu keadaan dimana ada daya-daya yang saling bertentangan arah tetapi dalam kadar kekuatan yang kira-kira sama. Ada tiga macam konflik,yaitu :
1.      Konflik mendekat-mendekat, yaitu orang (p) berada diantara dua valensi positif yang sama kuat.
2.      Konflik menjauh-menjauh, yaitu P berada diantara dua valensi negatif yang sama kuat.
3.      Konflik mendekat menjauh, yaitu P menghadapi valensi positif dan negative pada jurusan yang sama.
Konflik menjauh-menjauh dan mendekat menjauh hanya dapat terjadi kalau ada batas-batas yang kokoh pada lapangan kehidupan orang yang bersangkutan sehingga tidak ada daya yang bisa keluar dari wilayah-wilayah tertentu yang menyebabkan konfliuk tersebut. Jika batas tidak kuat dan ada wilayah lain yang bervalensi lebih positif maka daya akan berpindah kewilayah yang terakhir ini terjadilah subtitusi dan konflik berakhir.
b.      Tingkah laku agresi

Kelebihan  dan kelemahan teori medan

            Sumbangan terbesar dari teori medan adalah adanya bukti bahwa penelitian psikologi sosial dapat juga dilakukan dengan metode eksperimental dan dapat dilakukan dalam laboratorium,akan tetapi teori ini mengandung kelemahan,yaitu :
-          Tidak disajikan teorinya secara sistematis.
-          Banyak konsep dan konstruk yang tidak didefinisikan secara jelas sehingga member arti yang kabur.
-          Terlalu sibuk pada aspek-aspek yang mendalam dari kepribadian sehingga agak mengabaikan tingkah laku motorik yang “overt” Nampak dari luar.
-          Penggunaan konsep-konsep topologi telah menyimpang dari arti sebenarnya (penyalahgunaan topologi).


C.     Teori-teori turunan dari teori medan

A.    Teori of interpersonal relation (Heider)
Heider menganut metode konstruksi dari lewin daam teorinya untuk menerangkan hubungan antarmanusia. Namun, berbeda dari lewin yang menggunakan konsep-konsep dan istilah-istilah khusus,heider mengunakan istilah sehari-hari yang di gunakan orang awam.alasan heider adalah common sense ( logika berfikir sehari-hari ) merupakan hal yang mengatur tingkah laku orang terhadap orang lain.

Berdasarkan cara pendekatan common sense tersebut, heider mengemukakan bahwa tingkah laku interpersonal dapat di uraikan ke dalam sepuluh aspek yang masing-masing akan di bicarakan berikut ini :

a.       Mengamati orang lain
Aspek pertama dari tingkahlaku interpersonal adalah mengamati orang lain. Pengamatan terhadap oranag sebenarnya tidak berbeda dari pengamatan terhadap objek-objek lainya (seperti meja,mobil,pohon,dan lain-lain). Hanya saja orang yang diamati itu memiliki kemampuan emosi,kehendak,keinginan, dan sentiment yang tidak terdapat pada benda mati.

b.      Orang lain sebagai penguat
c.       Anaisis yang naïf terhadap tindakan orang
d.      Kausalitas peresona dari impersonal
e.       Hasrat dan kesenangan
f.       Sentiment
g.      Keharusan dan niai
h.      Permintaan dan perintah
i.        Keuntungan dan krugian
j.        Reaksi terhadap pengalaman orang lain
B.     Teori Penetrasi Sosial
 Teori penetrasi sosial secara umum membahas tentang bagaimana proses komunikasi interpersonal. Di sini dijelaskan bagaimana dalam proses berhubungan dengan orang lain, terjadi berbagai proses gradual, di mana terjadi semacam proses adaptasi di antara keduanya, atau dalam bahasa Altman dan Taylor: penetrasi sosial.
Altman dan Taylor (1973) membahas tentang bagaimana perkembangan kedekatan dalam suatu hubungan.  Teori penetrasi sosial secara umum membahas tentang bagaimana proses komunikasi interpersonal. Di sini dijelaskan bagaimana dalam proses berhubungan dengan orang lain, terjadi berbagai proses gradual, di mana terjadi semacam proses adaptasi di antara keduanya, atau dalam bahasa Altman dan Taylor: penetrasi sosial.
Altman dan Taylor (1973) membahas tentang bagaimana perkembangan kedekatan dalam suatu hubungan.
Dalam perspektif teori penetrasi sosial, Altman dan Taylor menjelaskan beberapa penjabaran sebagai berikut:

Pertama, Kita lebih sering dan lebih cepat akrab dalam hal pertukaran pada lapisan terluar dari diri kita. Kita lebih mudah membicarakan atau ngobrol tentang hal-hal yang kurang penting dalam diri kita kepada orang lain, daripada membicarakan tentang hal-hal yang lebih bersifat pribadi dan personal. Semakin ke dalam kita berupaya melakukan penetrasi, maka lapisan kepribadian yang kita hadapi juga akan semakin tebal dan semakin sulit untuk ditembus. Semakin mencoba akrab ke dalam wilayah yang lebih pribadi, maka akan semakin sulit pula.
Kedua, keterbukaan-diri (self disclosure) bersifat resiprokal (timbal-balik), terutama pada tahap awal dalam suatu hubungan. Menurut teori ini, pada awal suatu hubungan kedua belah pihak biasanya akan saling antusias untuk membuka diri, dan keterbukaan ini bersifat timbal balik. Akan tetapi semakin dalam atau semakin masuk ke dalam wilayah yang pribadi, biasanya keterbukaan tersebut semakin berjalan lambat, tidak secepat pada tahap awal hubungan mereka. Dan juga semakin tidak bersifat timbal balik.
Ketiga, penetrasi akan cepat di awal akan tetapi akan semakin berkurang ketika semakin masuk ke dalam lapisan yang makin dalam. Tidak ada istilah “langsung akrab”. Keakraban itu semuanya membutuhkan suatu proses yang panjang. Dan biasanya banyak dalam hubungan interpersonal yang mudah runtuh sebelum mencapai tahapan yang stabil. Pada dasarnya akan ada banyak faktor yang menyebabkan kestabilan suatu hubungan tersebut mudah runtuh, mudah goyah. Akan tetapi jika ternyata mampu untuk melewati tahapan ini, biasanya hubungan tersebut akan lebih stabil, lebih bermakna, dan lebih bertahan lama.
Keempat, depenetrasi adalah proses yang bertahap dengan semakin memudar. Maksudnya adalah ketika suatu hubungan tidak berjalan lancar, maka keduanya akan berusaha semakin menjauh. Akan tetapi proses ini tidak bersifat eksplosif atau meledak secara sekaligus, tapi lebih bersifat bertahap. Semuanya bertahap, dan semakin memudar.
Menurut teori penetrasi sosial ditentukan oleh prinsip untung-rugi (reward-costs analysis). Setelah perkenalan dengan seseorang pada prinsipnya kita menghitung faktor untung-rugi dalam hubungan kita dengan orang tersebut, atau disebut dengan indeks kepuasan dalam hubungan (index of relational satisfaction). Begitu juga yang orang lain tersebut terapkan ketika berhubungan dengan kita. Jika hubungan tersebut sama-sama menguntungkan maka kemungkinan untuk berlanjut akan lebih besar, dan proses penetrasi sosial akan terus berkelanjutan.
C.     Teori of crowding (teori kesesakan)
Teori ini dikemukakan oleh schopler dan stokols (1976) (dalam shaw dan costonzo 1985). Kesesakan didefinisikan sebagai kebutuhan untuk ruang yang lebih,hasil kombinasi dari factor personal dan lingkungan.
Dengan demikian kesesakan merupakan pengalaman psikologis dalam keadaan terhadap kepadatan fisik atau keadaan ruang bagi seseorang dalam suatu keadaan. Dalam istilahy yang lebih umum kesesakan didefinisikan sebagai sindrom stress,sebagai hasil dari factor-faktor personal,budaya dan ruang. Schopler dan stokols mengajukan beberapa asumsi tentang sifat orang dalam kesesakan yaitu:
1.      Pengalaman kesesakan menimbulkan stress psikologis
2.      Stress merupakan konsekuensi dari presepsi yang kehilangan control dalam regulasi ruang.
3.      Apabila orang mengalami stress kesesakan, mereka mulai mencoba mengatasinya untuk mengurangi stress.
4.      Kesesakan akan sangat intens dan sulit ditanggulangi apabila kebutuhan orang akan ruang dikaitkan dengan anacaman terhadap keamanan pribadi. Misalnya keamanan fisik dan keamanan emosional.
Ø  Kriteria kesesakan
Setelah memberikan definisi kesesakan schopler dan stokol mencoba untuk sampai pada kriteria kapan dan dimana stress kesesakan akan mempunyai dampak yang besar pada orang. Mereka membedakan antara lingkungan primer dan sekunder. Lingkungan dipandang mempunyai tiga dimensi yaitu :
1.      luas dan kontinuitas pertemuan yang terjadi dalam keadaan
2.      fungsi prilaku yang menjadi pusat memainkan peran dalam keadaan.
3.      Tingkatan hubungan antara orang yang terjadi daam lingkungan pada seseorang versus pihak lain.

Lingkungan primer adalah lingkuingan dimana menggunakan banyak waktu, menggunakan rentang lebar pada kepentingan personal dan hubungan dengan orang lain dalam lingkungan pada tingkat personal. Sementara ingkungan sekunder merupakan ingkungan yang mengandung perteumuan yang tidak kekal, periaku yang tidak berkelanjutan, dan hubungan dengan orang lain yang tidak dikenal.

Ø  Dimensi terbuka dan tertutup
Schopler dan stokols mengidentifikasi adanya dimensi terbuka-tertutup (open closed dimension) dan dimensi kesesakan netral versus personal (neutral versus personal crowding dimension). Dimensi keterbukaan menunjukan mudahnya keluar dari keadaan (setting). Keadaan terbuka (open setting) dikelilingi oleh hambatan (barriers) yang lemah. Karenanya, ada banyak jalan untuk keluar. Keadaan tertutup (closed setting) dikelilingi oleh hambatan yang kuat, sulit untuk dapat ditembus. Pusat perbelanjaan, area bermain merupakan contoh keadaan terbuka sedangkan ruang dalam kapal (space ship) merupakan contoh keadaan tertutup.
Ø  Dimensi kesesakan netral versus personal
Sifat netral atau personal pengalaman kesesakan merupakan dimensi situasi yang menunjukan persepsi intensional atau bukan mengenai gangguan yang dialami oleh orang dalam keadaan. Dalam kesesakan netral kebutuhan ruang yang lebih datang dari gangguan yang tidak intensional seperti keterbatasan prevasi karena kedekatan dengan pihak lain atau adanya hambatan (constraints) pada aktivitas sebagai keterbatasan ruang. Apabila gangguan diadakan secara intensional oleh orang atau orang lain, kesesakan personal akan terjadi. Kesimpuannya, Schopler dan Stokols menganggap bahwa kesesakan mengandung stress psikologi sebagai hasil dari persepsi kehilangan kendali terhadap regulasi ruang, dan stress kesesakan yang paling intens akan terjadi apabila kebutuhan akan ruang dikaitkan dengan persepsi ancaman terhadap keamanan personal. Mereka menunjukan hipotesis bahwa pengalaman kesesakan akan lebih memberi ketegangan dan lebih sulit diselesaikan.
1.      Dalam lingkungan primer daripada dalam lingkungan sekunder.
2.      Dalam keadaan tertutup daripada dalam keadaan terbuka.
3.      Dalam keadaan personal daripada dalam keadaan netral.



















Daftar Pustaka
·         Walgito,B. 2011. Teori – Teori Psikologi sosial. Yogyakarta: penerbit Andi
·         Sarwono, S.W. 2004. Teori – Teori psikologi sosial. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
·         Suryabrata,S. 2011. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Rajawali Pers 

0 komentar:

Posting Komentar