BAB I
PENDAHULUAN
Kurt Lewin termasuk dalm aliran
Neo-Gestalt, merupakan perkembangan lebih lanjut dari psikologi Gastalt. Lewin
lebih terkenal dalam bidang kepribadian daripada dalam bidang-bidang lainya. Menurut
Lewin, pribadi selalu ada dalam lingkungan psikologi tertentu,keduanya
merupakan Gastalt. Pribadi dan lingkungan psikologi itu bersama-sama merupakan
ruang hidup (life space).
Konsep dasar Lewin adalah life space atau ruang hidup,yaitu
seluruh kejadian yang mempengaruhi individu,yang meliputi masa lampau,masa
kini, dan masa yang akan datang,ketiganya mempengaruhi individu dalam
berperilaku pada suatu waktu. Misal kesuksesan. Semakin banyak
pengalaman,semakin luas ruang hidupnya.
Teori lapangan (field theory) Kurt Lewin
sangat di pengaruhi oleh aliran psikologi Gastalt,yaitu suatu aliran yang
tumbuh di jerman sejak 1912 yang dipelopori oleh Max Wertheimer. Pandangan
psikologi Gastalt yang terpenting adalah bagian atau elemen kejiwaan tidak
berdiri sendiri-sendiri,melainkan terorganisir menjadi suatu keseluruhan. Oleh
karena itu tidak mengherankan jika teori lapangan dari Kurt Lewin juga sangat
mengutamakan keseluruhan dari pada elemen atau bagian dalam studinya tentang
jiwa manusia.
Pada tahun 1935 Lewin memisahkan diri
dari aliran induknya dan mengembangkan teori sendiri yang dinamakanya teori
lapangan. Karena Lewin lebih berminat dengan psikologi kepribadian dan
psikologi sosiologi. Salah satu cirri yang terpenting dari teori lapangan
adalah bahwa teori ini menggunakan metode “konstruktif”. Metode konstrukif atau
di sebut juga metode “genetik” adalah metode yang digunakan Lewin sebagi
pengganti metode “klasifikasi” yang pada waktu itu lebih lazim dipakai.
BAB II
ISI
A. Konsep-Konsep
dan konstruks dalam Teori Lapangan
Metode konstruktif memerlukan konstruk-konstruk
yaitu pengertian yang mencakup serangkaian konsep dengan kata lain konstruk
adalah elemen dari teori lapangan (medan) sedangkan konsep adalah elemen dari
konstruk. Konstruk yang terpenting dari teori lapangan tentunya adalah lapangan
itu sendiri, yang dalam psikologinya diartikan sebagai lapangan kehidupan (life
space) Teori medan bukan suatu sistem
psikologi baru yang terbatas pada suatu isi yang khas: teori medan merupakan
sekumpulan konsep dengan dimana seseorang dapat menggambarkan kenyataan
psikologis.
Ciri ciri utama dari teori Lewin, yaitu :
1.
Tingkah laku adalah suatu fungsi dari medan yang ada pada waktu tingkah laku
itu terjadi
2.
Analisis mulai dengan situasi sebagai keseluruhan dari mana bagian bagian
komponennya dipisahkan
3.
Orang yang kongkret dalam situasi yang kongkret dapat digambarkan secara
matematis.
a. Lapangan kehidupan
Lapangan
kehidupan dari seorang individu terdiri dari orang itu sendiri dan lingkungan
kejiwaan (psikologis) yang ada padanya. Demiikian pula lapangan kehidupan suatu
kelompok adalah kelompok itu sendiri ditambah dengan lingkungan tempat kelompok
itu berada pada suatu saat tertentu. Konstruk yang paling dasar tentang
lapangan kehidupan ini lewin hanya menghitungkan hal-hal yang ada pada individu
dan kelompok yang bersangkutan. Lapangan kehidupan terbagi-bagi dalam
wilayah-wilayah (region) atau disebut juga lingkungan kehidupan (live-sphere).
Lingkungan kehidupan ini ada yang bersifat nyata seperti ibu,teman,pekerjaan
dan ada pula yang bersifat maya seperti harapan,cita-cita jadi lapangan
kehidupan mempunyai dimensi nyata dan maya. Dimensi kedua dari lapangan
kehidupan adalah kecairan dari lingkungfan-lingkungan kehidupan tersebut
diatas. Pencairan berarti dapat terjadi gerak,perpindahan dari satu wilayah ke
wilayah yang lain yang tergantung pada keras dan lunaknya dinding pembatas dari
masing-masing wilayah dalam lapangan kehidupan itu. Sampai disini perlu
dijelaskan banyaknya terjadi kesalahpahaman bahwa seolah-olah teori lapangan
tidak mengakui adanya proses belajar. Anggapan ini tidak benar. Proses belajar
menurut teori lapangan tetap ada yaitu berupa pengaruh tidak langsung masalalu
terhadap suatu wilayah tertentu dalam lapangan kehidupan seseorang. Contohnya
jika seseorang sudah tiga hari tidak minum maka akan ada wilayah tertentu dalam
lapangan kehidupan orang itu yang terpengaruh yang menyebabkan orang itu minum.
Kalau lain kali orang itu habis bekerja keras sampai berkeringat, maka wilayah
yang sama akan terpengaruh lagi dan orang itu akan minum lagi. Dalam cara
pendekatan yang ahistoris dari Lewin, tidak dipermasalahkan apakah ia haus
karena tiga hari tidak minum atau karena sejam bekerja keras, yang penting
adalah pengaruhnya dalam lingkungan kehidupan tertentu dari lapangan kehidupan
seseorang dan pengaruh itu menyebabkan orang yang bersangkutan bertindak
sesuatu yaitu minum. Dimensi lain dari lapangan kehidupan adalah waktu
“psikologik”. Walaupun cara pendekatan yang digunakan Kurut Lewin adalah
ahistoris, perkembangan lapangan kehidupan itu sendiri menyebabkan masala lalu
masa kini masa depan psikologik. Dalam kombinasinya dengan dimensi nyata-maya,
dimensi waktu ini memberikan sifat dinamis dalam lapangan kehidupan. Contoh
dari wilayah yang maya dan bermasa depan psikologis adalah harapan dan
cita-cita. Sedangkan contoh wilayah yang nyata dan masalah kehidupan psikologis
adalah kemungkinan-kemungkinan tentang apa yang terjadi. Secara teoritis,
tingkat kecairan pada taraf maya lebih tinggi daripada kecairan pada taraf
nyata. Akhirnya perlu dicatat beberapa hal yang dapat menyebabkan perubahan
lapangan kehidupan yaitu:
1. Meningkatkan diferensiasi dalam
suatu wilayah
2. Dua atau beberapa wilayah
menggambungkan menjadi satu
3. Diferensiasi berkurang
4. Suatu wilayah pecah, membebaskan
diri dan membentuk wilayah sendiri
5. Restrukturisasi yaitu ada perubahan
pola pada wilayah-wilayah dalam lapangan kehidupan, tetpai tidak terjadi
diferensiasi
b. Tingkah Laku dan Lokomosi
Tingkah
laku menurut Lewin adalah lokomosi yang berarti perubahan atau gerakan pada
lapangan kehidupan. Contohnya seorang pegawai pergi dari kantornya (wilayah
kerja) ke rumah sakit (wilayah
kesehatan) untuk meriksa diri kedokter maka pegawai itu melakukan suatu
lokomosi. Tetapi, kalau perpindahan itu terjadi pada waktu tiap pingsan
dikantor dan digotong ke rumah sakit maka itu bukanlah lokomosi atau tingkah
laku. Lokomosi dapat terjadi karena ada “komunikasi” antara dua wilayah dalam
lapangan kehidupan seseorang. Komunikasi antara dua wilayah itu menimbulkan
ketegangan pada satu wilayah dan ketengan menimbulkan kebutuhan dan kebutuhan
inilah menyebabkan tingkah laku. Namun, sebelum kebutuhan menimbulkan lokomosi,
masih ada satu faktor lagi yaitu batas-batas wilayah bersangkutan. Kalau
batas-batas itu kaku dan kenyal, maka batas itu akan sukar ditembus oleh daya
yang ada dalam lapangan kehidupan seorang sehingga sulit terjadi lokomosi
sebaliknya, kalau batas wilayah-wilayah itu lunak, maka akan terjadi pertukaran
daya antar wilayah sehingga wilayah-wilayah yang berkomunikasi berada pada
tingkat ketengangan yang seimbang kembali.
c. Daya
Daya ini
didevinisikan sebagai suatu hal yang menyebabkan perubahan. Perubahan dapat
terjadi jika pada suatu wilayah ada valensi tertentu. Valensi dapat bersifat
negative/positif tergantung pada daya tarik atau daya tolak yang ada pada
wilayah tersebut. Kalau suatu wilayah mempunyai valensi positif,maka iya akan
menatik daya-daya dari wilayah lain untuk bergerak menuju kearahnya dan
sebaliknya,jika valensi yang ada pada suatu wilayah negative,maka daya-daya
yang ada akan menghindar atau menjauh wilayah tersebut. Valensi dipengarihu
oleh factor-faktor yang menghambat. Salah satu factor yang menghambat kekuatan
valensi adalah jarak “psikologik”. Jarak psikologik tidak identik dengan jarak
fisik walaupun keduanya sering saling berkolerasi. Tetapi yang jelas buat Lewin
yang penting adalah jarak psikologik bukan jarak fisik.
Berbicara tentang gaya KURT Lewin
dalam beberapa jenis seperti dijelaskan dalam beberapa jenis seperti dijelaskan
berikut ini :
1. Daya mendorong
2. Daya menghambat
3. Daya berasal dari kebutuhan sendiri
4. Daya yang berasal dari orang lain
5. Daya impersonal (tidak berasal dari
kehendak sendiri maupun orang lain,yaitu daya yang berasal dari situasi)
d. Ketegangan
Salah satu
factor penting yang dapat menurunkan ketegangan adalah ketembusan,yaitu sampai
berapa jauh batas-batas suatu wilayah dapat ditembus oleh daya dari
wilayah-wilayah lain sekitarnya. Jika batas suatu wilayah demikian kerasnya
sehingga tidak tertembus,maka peredaan ketegangan tergantung pada
subtitusi,yaitu adanya wilayah lain yang kira-kira senilai dengan wilayah yang
pertama yang dapat ditembus oleh daya.
Subtitusi
lebih dimungkinkan antara dua wilayah bersangkutan terdapat banyak persamaan.
Selain itu subtitusi lebih mudah terjadi pada orang-orang dengan lapangan
kehidupan yang cukup berdiferensiasi berkembang atau bercabang-cabang asalkan
batas-batas wilayah dalam lapangan kehidupan yang bersangkutan masih cukup tertembus
oleh daya-daya yang akan masuk. Orang dewasa biasanya mempunyai jiwa yang cukup
berdiferensiasi dan ketembusan batas-batas wilayah cukup besar. Sebaliknya,
anak-anak atau orang primitif jiwanya belum berdiferensiasi,sedangkan
batas-batas wilayah dalam lapangan kehidupannya kaku dan kenyal (ketembusan
rendah). Karena itu,subtitusi pada anak-anak dan orang primitif lebih sulit
dari pada orang dewasa.
Ketembusan lain yang juga
berpengaruh pada peredaan ketegangan adalah kejenuhan. Kalau kebutuhan-kebutuhan
yang mendasar itu sudah dipuaskan sampai jenuh maka ketegangan itu akan
berkurang dengan sendirinya.
B. Penerapan teori medan
Penerapan
teori-teori pada gejala kejiwaan yang konkret. Dua contoh gejala kejiwaan akan
dikemukakan dibawah ini yaitu konflik dan tingkah laku agresif.
a. Konflik
Konflik adalah suatu keadaan dimana
ada daya-daya yang saling bertentangan arah tetapi dalam kadar kekuatan yang
kira-kira sama. Ada tiga macam konflik,yaitu :
1. Konflik mendekat-mendekat, yaitu
orang (p) berada diantara dua valensi positif yang sama kuat.
2. Konflik menjauh-menjauh, yaitu P
berada diantara dua valensi negatif yang sama kuat.
3. Konflik mendekat menjauh, yaitu P
menghadapi valensi positif dan negative pada jurusan yang sama.
Konflik menjauh-menjauh dan mendekat
menjauh hanya dapat terjadi kalau ada batas-batas yang kokoh pada lapangan
kehidupan orang yang bersangkutan sehingga tidak ada daya yang bisa keluar dari
wilayah-wilayah tertentu yang menyebabkan konfliuk tersebut. Jika batas tidak
kuat dan ada wilayah lain yang bervalensi lebih positif maka daya akan
berpindah kewilayah yang terakhir ini terjadilah subtitusi dan konflik
berakhir.
b. Tingkah laku agresi
Kelebihan dan kelemahan teori medan
Sumbangan terbesar dari teori medan
adalah adanya bukti bahwa penelitian psikologi sosial dapat juga dilakukan
dengan metode eksperimental dan dapat dilakukan dalam laboratorium,akan tetapi
teori ini mengandung kelemahan,yaitu :
-
Tidak disajikan teorinya secara sistematis.
-
Banyak konsep dan konstruk yang tidak didefinisikan secara
jelas sehingga member arti yang kabur.
-
Terlalu sibuk pada aspek-aspek yang mendalam dari
kepribadian sehingga agak mengabaikan tingkah laku motorik yang “overt” Nampak
dari luar.
-
Penggunaan konsep-konsep topologi telah menyimpang dari arti
sebenarnya (penyalahgunaan topologi).
C. Teori-teori turunan dari teori medan
A. Teori of interpersonal relation (Heider)
Heider menganut metode konstruksi
dari lewin daam teorinya untuk menerangkan hubungan antarmanusia. Namun,
berbeda dari lewin yang menggunakan konsep-konsep dan istilah-istilah
khusus,heider mengunakan istilah sehari-hari yang di gunakan orang awam.alasan
heider adalah common sense ( logika berfikir sehari-hari ) merupakan hal yang
mengatur tingkah laku orang terhadap orang lain.
Berdasarkan cara pendekatan common sense tersebut, heider
mengemukakan bahwa tingkah laku interpersonal dapat di uraikan ke dalam sepuluh
aspek yang masing-masing akan di bicarakan berikut ini :
a. Mengamati orang lain
Aspek pertama dari tingkahlaku
interpersonal adalah mengamati orang lain. Pengamatan terhadap oranag
sebenarnya tidak berbeda dari pengamatan terhadap objek-objek lainya (seperti
meja,mobil,pohon,dan lain-lain). Hanya saja orang yang diamati itu memiliki
kemampuan emosi,kehendak,keinginan, dan sentiment yang tidak terdapat pada benda
mati.
b. Orang lain sebagai penguat
c. Anaisis yang naïf terhadap tindakan
orang
d. Kausalitas peresona dari impersonal
e. Hasrat dan kesenangan
f. Sentiment
g. Keharusan dan niai
h. Permintaan dan perintah
i.
Keuntungan dan krugian
j.
Reaksi terhadap pengalaman orang lain
B. Teori Penetrasi Sosial
Teori
penetrasi sosial secara umum membahas tentang bagaimana proses komunikasi interpersonal.
Di sini dijelaskan bagaimana dalam proses berhubungan dengan orang lain,
terjadi berbagai proses gradual, di mana terjadi semacam proses adaptasi di
antara keduanya, atau dalam bahasa Altman dan Taylor: penetrasi sosial.
Altman dan Taylor (1973)
membahas tentang bagaimana perkembangan kedekatan dalam suatu hubungan. Teori penetrasi
sosial secara umum membahas tentang bagaimana proses komunikasi interpersonal.
Di sini dijelaskan bagaimana dalam proses berhubungan dengan orang lain,
terjadi berbagai proses gradual, di mana terjadi semacam proses adaptasi di
antara keduanya, atau dalam bahasa Altman dan Taylor: penetrasi sosial.
Altman dan Taylor (1973) membahas tentang bagaimana perkembangan
kedekatan dalam suatu hubungan.
Dalam perspektif teori
penetrasi sosial, Altman dan Taylor menjelaskan beberapa penjabaran sebagai
berikut:
Pertama, Kita lebih sering dan lebih
cepat akrab dalam hal pertukaran pada lapisan terluar dari diri kita. Kita lebih mudah membicarakan atau ngobrol tentang hal-hal yang
kurang penting dalam diri kita kepada orang lain, daripada membicarakan tentang
hal-hal yang lebih bersifat pribadi dan personal. Semakin ke dalam kita
berupaya melakukan penetrasi, maka lapisan kepribadian yang kita hadapi juga
akan semakin tebal dan semakin sulit untuk ditembus. Semakin mencoba akrab ke
dalam wilayah yang lebih pribadi, maka akan semakin sulit pula.
Kedua, keterbukaan-diri (self disclosure) bersifat resiprokal
(timbal-balik), terutama pada tahap awal dalam suatu hubungan. Menurut teori
ini, pada awal suatu hubungan kedua belah pihak biasanya akan saling antusias
untuk membuka diri, dan keterbukaan ini bersifat timbal balik. Akan tetapi
semakin dalam atau semakin masuk ke dalam wilayah yang pribadi, biasanya
keterbukaan tersebut semakin berjalan lambat, tidak secepat pada tahap awal
hubungan mereka. Dan juga semakin tidak bersifat timbal balik.
Ketiga, penetrasi akan cepat di awal
akan tetapi akan semakin berkurang ketika semakin masuk ke dalam lapisan yang
makin dalam. Tidak ada istilah “langsung akrab”. Keakraban itu semuanya
membutuhkan suatu proses yang panjang. Dan biasanya banyak dalam hubungan
interpersonal yang mudah runtuh sebelum mencapai tahapan yang stabil. Pada dasarnya
akan ada banyak faktor yang menyebabkan kestabilan suatu hubungan tersebut
mudah runtuh, mudah goyah. Akan tetapi jika ternyata mampu untuk melewati
tahapan ini, biasanya hubungan tersebut akan lebih stabil, lebih bermakna, dan
lebih bertahan lama.
Keempat, depenetrasi adalah proses yang
bertahap dengan semakin memudar. Maksudnya adalah ketika suatu hubungan tidak
berjalan lancar, maka keduanya akan berusaha semakin menjauh. Akan tetapi
proses ini tidak bersifat eksplosif atau meledak secara sekaligus, tapi lebih
bersifat bertahap. Semuanya bertahap, dan semakin memudar.
Menurut teori penetrasi sosial
ditentukan oleh prinsip untung-rugi (reward-costs analysis). Setelah perkenalan dengan
seseorang pada prinsipnya kita menghitung faktor untung-rugi dalam hubungan
kita dengan orang tersebut, atau disebut dengan indeks kepuasan dalam hubungan
(index of relational satisfaction). Begitu juga yang orang lain
tersebut terapkan ketika berhubungan dengan kita. Jika hubungan tersebut
sama-sama menguntungkan maka kemungkinan untuk berlanjut akan lebih besar, dan
proses penetrasi sosial akan terus berkelanjutan.
C. Teori of crowding (teori kesesakan)
Teori ini dikemukakan oleh schopler dan stokols (1976)
(dalam shaw dan costonzo 1985). Kesesakan didefinisikan sebagai kebutuhan untuk
ruang yang lebih,hasil kombinasi dari factor personal dan lingkungan.
Dengan demikian kesesakan merupakan pengalaman psikologis
dalam keadaan terhadap kepadatan fisik atau keadaan ruang bagi seseorang dalam
suatu keadaan. Dalam istilahy yang lebih umum kesesakan didefinisikan sebagai
sindrom stress,sebagai hasil dari factor-faktor personal,budaya dan ruang. Schopler
dan stokols mengajukan beberapa asumsi tentang sifat orang dalam kesesakan
yaitu:
1. Pengalaman kesesakan menimbulkan
stress psikologis
2. Stress merupakan konsekuensi dari
presepsi yang kehilangan control dalam regulasi ruang.
3. Apabila orang mengalami stress
kesesakan, mereka mulai mencoba mengatasinya untuk mengurangi stress.
4. Kesesakan akan sangat intens dan
sulit ditanggulangi apabila kebutuhan orang akan ruang dikaitkan dengan
anacaman terhadap keamanan pribadi. Misalnya keamanan fisik dan keamanan
emosional.
Ø Kriteria kesesakan
Setelah
memberikan definisi kesesakan schopler dan stokol mencoba untuk sampai pada
kriteria kapan dan dimana stress kesesakan akan mempunyai dampak yang besar
pada orang. Mereka membedakan antara lingkungan primer dan sekunder. Lingkungan
dipandang mempunyai tiga dimensi yaitu :
1. luas dan kontinuitas pertemuan yang
terjadi dalam keadaan
2. fungsi prilaku yang menjadi pusat
memainkan peran dalam keadaan.
3. Tingkatan hubungan antara orang yang
terjadi daam lingkungan pada seseorang versus pihak lain.
Lingkungan primer adalah lingkuingan dimana menggunakan
banyak waktu, menggunakan rentang lebar pada kepentingan personal dan hubungan
dengan orang lain dalam lingkungan pada tingkat personal. Sementara ingkungan
sekunder merupakan ingkungan yang mengandung perteumuan yang tidak kekal,
periaku yang tidak berkelanjutan, dan hubungan dengan orang lain yang tidak
dikenal.
Ø Dimensi terbuka dan tertutup
Schopler dan stokols mengidentifikasi adanya dimensi
terbuka-tertutup (open closed dimension) dan dimensi kesesakan netral versus
personal (neutral versus personal crowding dimension). Dimensi keterbukaan
menunjukan mudahnya keluar dari keadaan (setting). Keadaan terbuka (open
setting) dikelilingi oleh hambatan (barriers) yang lemah. Karenanya, ada banyak
jalan untuk keluar. Keadaan tertutup (closed setting) dikelilingi oleh hambatan
yang kuat, sulit untuk dapat ditembus. Pusat perbelanjaan, area bermain
merupakan contoh keadaan terbuka sedangkan ruang dalam kapal (space ship)
merupakan contoh keadaan tertutup.
Ø Dimensi kesesakan netral versus
personal
Sifat netral atau personal pengalaman kesesakan merupakan
dimensi situasi yang menunjukan persepsi intensional atau bukan mengenai
gangguan yang dialami oleh orang dalam keadaan. Dalam kesesakan netral
kebutuhan ruang yang lebih datang dari gangguan yang tidak intensional seperti
keterbatasan prevasi karena kedekatan dengan pihak lain atau adanya hambatan
(constraints) pada aktivitas sebagai keterbatasan ruang. Apabila gangguan
diadakan secara intensional oleh orang atau orang lain, kesesakan personal akan
terjadi. Kesimpuannya, Schopler dan Stokols menganggap bahwa kesesakan mengandung
stress psikologi sebagai hasil dari persepsi kehilangan kendali terhadap
regulasi ruang, dan stress kesesakan yang paling intens akan terjadi apabila
kebutuhan akan ruang dikaitkan dengan persepsi ancaman terhadap keamanan
personal. Mereka menunjukan hipotesis bahwa pengalaman kesesakan akan lebih
memberi ketegangan dan lebih sulit diselesaikan.
1. Dalam lingkungan primer daripada
dalam lingkungan sekunder.
2. Dalam keadaan tertutup daripada
dalam keadaan terbuka.
3. Dalam keadaan personal daripada
dalam keadaan netral.
Daftar Pustaka
·
Walgito,B. 2011. Teori
– Teori Psikologi sosial. Yogyakarta: penerbit Andi
·
Sarwono, S.W. 2004. Teori
– Teori psikologi sosial. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
·
Suryabrata,S. 2011.
Psikologi Kepribadian. Jakarta: Rajawali Pers
0 komentar:
Posting Komentar